Sunday, 18 May 2014

PENTINGKAH MENGENALKAN BUDDHA DHAMMA KEPADA ANAK-ANAK?

Oleh: Rakay Sutamayapanna

Sebagai pemeluk agama Buddha, kita pasti ingin menjaga ajaran Buddha agar tetap bertahan dan berkembang. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan mengajarkan Buddha Dhamma kepada generasi penerus, misalnya kepada anak-anak kita. Cara ini dipandang lebih efektif karena orang tua dipandang sebagai sumber ilmu bagi anak-anak. Kepada orang tualah biasanya anak-anak bertanya tentang segala hal yang belum mereka mengerti.

PENTINGKAH MENGENALKAN BUDDHA DHAMMA KEPADA ANAK-ANAK?

Orang tua, ayah dan ibu, adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anaknya menjadi orang yang baik bijaksana. Dengan demikian, orang tua dapat mengajarkan prinsip-prinsip Buddha Dhamma dalam membimbing anaknya.


Seorang anak yang telah dididik dan terbiasa menjalankan prinsip-prinsip Buddha Dhamma sejak usia dini, cenderung memiliki keyakinan yang kuat terhadap ajaran agamanya. Mereka tidak akan mudah terpengaruh dengan doktrin ajaran lain. Jika keyakinan anak telah tumbuh dan berakar kuat dalam dirinya, dapat diharapkan anak tersebut tidak akan pindah agama ketika dewasa kelak.

Lalu, untuk anak-anak usia dini, prinsip-prinsip Buddha Dhamma apa saja yang dapat diajarkan? Ada banyak sekali prinsip dasar dalam Buddha Dhamma yang harus dikenalkan pada anak-anak. Namun semua itu harus dimulai secara bertahap. Pada tahapan awal beberapa prinsip Buddha Dhamma yang bisa dikenalkan dan diajarkan oleh orang tua kepada anak-anak meliputi keyakinan (saddhā), moralitas (sīla), kedermawanan (cāga), dan kebijaksanaan (paññā).

Keyakinan (Saddhā)
Keyakinan terhadap Buddha Dhamma adalah prinsip pertama yang harus diajarkan oleh orang tua kepada anak. Keyakinan tersebut diibaratkan akar sebuah pohon. Agar pohon tidak mudah tumbang, maka akar harus menancap dengan kuat. Demikian pula seorang anak hendaknya dididik agar memiliki keyakinan yang kokoh terhadap Buddha Dhamma. Sehingga ketika dewasa kelak, ia tidak mudah terombang-ambing oleh keragu-raguan.

Dalam hal ini, orang tua harus bersikap bijaksana untuk mengajarkan keyakinan kepada anaknya. Anak dididik dengan bijak bagaimana keyakinan terhadap Buddha Dhamma dapat dibuktikan dengan benar. Jangan sampai membuat anak menjadi percaya secara membuta terhadap doktrin Buddha Dhamma.

Orang tua dapat menampilkan gambar-gambar bercorak Buddha Dhamma. Misalnya gambar Buddha, atau simbol-simbol Buddha Dhamma kemudian menjelaskan secara sederhana makna gambar atau simbol tersebut dengan kalimat yang mudah dimengerti oleh anak. Selain itu orang tua juga bisa mengajak anak untuk membaca paritta bersama ataupun hanya sekadar mendengarkan lantunan paritta atau lagu-lagu Buddhis.

Anak-anak biasanya menyukai cerita. Ini merupakan suatu kesempatan bagi orang tua untuk mengajarkan Buddha Dhamma kepada anaknya melalui cerita-cerita. Bisa saja cerita diambil dari Kitab Jātaka yang penuh dengan nilai-nilai Buddhis. Anak pasti akan menyukainya. Sembari bercerita, orang tua dapat membentuk karakter anak sesuai dengan ajaran Buddha Dhamma dengan memberikan refleksi kepada diri anak melalui cerita Jātaka tersebut.

Moralitas (Sīla)
Setiap orang tua tentu menginginkan anak-anaknya menjadi orang yang berbudi pekerti luhur. Di sinilah peran orang tua untuk mengajarkan prinsip dasar moralitas kepada anaknya. Orang tua harus mengajarkan prinsip dasar kemoralan berupa pañcasīla Buddhis kepada anak-anak sejak dini.

Melalui pañcasīla Buddhis, anak-anak dapat mengenal dan mempraktikkan cinta kasih, kasih sayang, kejujuran, dan budi pekerti luhur. Anak diajarkan untuk tidak menyakiti makhluk lain. Sebaliknya mereka dianjurkan untuk menolong makhluk yang butuh bantuan. Tentu saja selain menjelaskan kepada anak-anak, orang tua pun juga harus memberikan teladan dalam menjaga moralitas tersebut.

Kedermawanan (Cāga)
Untuk mengikis rasa mementingkan diri sendiri, anak-anak perlu diajarkan untuk bisa bersikap sosial dan saling membantu. Hal ini akan banyak membantu anak dalam perkembangan kecerdasan interpesonal dan intrapersonal pada dirinya. Salh satu cara mengajarkan sikap sosial adalah dengan mengajajarkan anak untuk bersikap dermawan.

Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh orang tua adalah dengan mengajak anak-anak untuk pergi berdana kepada para bhikkhu dalam acara piṇdapata maupun berdana ke wihara. Cara yang lain, misalnya ketika perayaan ulang tahunnya, anak bisa diajak untuk berdana kepada orang-orang yang membutuhkan atau kepada teman-temannya.

Kebijaksanaan (Paññā)
Seorang anak hendaknya diajarkan untuk dapat berpikir dan berperilaku secara bijaksana sejak kecil. Tentu hal ini harus disesuaikan dengan usia anak. Karena masa kanak-kanak sangat identik dengan perilaku anak yang banyak ingin tahu sehingga tidak jarang orang tua menganggap sikap anak yang memiliki rasa ingin tahu berlebihan tersebut sebagai sikap yang nakal. Orang tua hendaknya tidak langsung mengjustifikasi bahwa sikap anak tersebut nakal. Orang tua hendaknya mengajak anak untuk dapat mengontrol sikapnya secara bijaksana.

Ketika anak berbuat suatu kesalahan, hendaknya orang tua tidak serta-merta memarahi anak dan menghukumnya dengan cara-cara yang tidak mendidik. Orang tua harus menenangkan anak terlebih dahulu karena biasanya setelah anak-anak melakukan kesalahan, mereka akan diliputi rasa takut. Orang tua harus membuat anak merasa aman kemudian barulah memberi nasihat dengan kata-kata yang lembut dan tidak menyakitkan hati anak. Ajarkan bahwa sikap nakal anak tersebut bisa saja merugikan diri anak sendiri, orang lain, maupun lingkungan sekitar. Dengan demikian, anak akan terbiasa untuk berpikir ulang apakah aktivitas yang akan dilakukan olehnya membawa kerugian bagi diri sendiri dan orang lain di sekitarnya. Ini adalah tahp awal melatih anak berpikir dan bersikap bijaksana.

Buddha Dhamma memberikan banyak manfaat sebagai pedoman kita dalam menjalani kehidupan. Sebagai siswa Buddha, kita wajib melestarikan ajaran Buddha kepada generasi penerus agar mereka juga dapat memperoleh manfaat dari ajaran kebenaran. Dengan demikian, sangatlah penting bagi orang tua untuk mengenalkan Buddha Dhamma kepada anak-anaknya. Lebih dari pada itu, orang tua juga harus memberikan contoh yang baik mengenai pelaksanaan prinsi-prinsip Buddha Dhamma kepada anak-anaknya dalam aktivitas sehari-hari.

No comments:

Post a Comment