Oleh: Rakay Sutamayapanna
Sebagai pemeluk agama Buddha, kita pasti
ingin menjaga ajaran Buddha agar tetap bertahan dan berkembang. Salah satu cara
yang bisa ditempuh adalah dengan mengajarkan Buddha Dhamma kepada generasi penerus,
misalnya kepada anak-anak kita. Cara ini dipandang lebih efektif karena orang
tua dipandang sebagai sumber ilmu bagi anak-anak. Kepada orang tualah biasanya
anak-anak bertanya tentang segala hal yang belum mereka mengerti.
Orang tua, ayah dan ibu, adalah guru
pertama bagi anak-anaknya. Orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik
anak-anaknya menjadi orang yang baik bijaksana. Dengan demikian, orang tua
dapat mengajarkan prinsip-prinsip Buddha Dhamma dalam membimbing anaknya.
Seorang anak yang telah dididik dan
terbiasa menjalankan prinsip-prinsip Buddha Dhamma sejak usia dini, cenderung
memiliki keyakinan yang kuat terhadap ajaran agamanya. Mereka tidak akan mudah
terpengaruh dengan doktrin ajaran lain. Jika keyakinan anak telah tumbuh dan
berakar kuat dalam dirinya, dapat diharapkan anak tersebut tidak akan pindah
agama ketika dewasa kelak.
Lalu, untuk anak-anak usia dini,
prinsip-prinsip Buddha Dhamma apa saja yang dapat diajarkan? Ada banyak sekali
prinsip dasar dalam Buddha Dhamma yang harus dikenalkan pada anak-anak. Namun
semua itu harus dimulai secara bertahap. Pada tahapan awal beberapa prinsip
Buddha Dhamma yang bisa dikenalkan dan diajarkan oleh orang tua kepada
anak-anak meliputi keyakinan (saddhā),
moralitas (sīla), kedermawanan (cāga), dan kebijaksanaan (paññā).
Keyakinan
(Saddhā)
Keyakinan terhadap Buddha Dhamma adalah
prinsip pertama yang harus diajarkan oleh orang tua kepada anak. Keyakinan
tersebut diibaratkan akar sebuah pohon. Agar pohon tidak mudah tumbang, maka
akar harus menancap dengan kuat. Demikian pula seorang anak hendaknya dididik
agar memiliki keyakinan yang kokoh terhadap Buddha Dhamma. Sehingga ketika
dewasa kelak, ia tidak mudah terombang-ambing oleh keragu-raguan.
Dalam hal ini, orang tua harus bersikap
bijaksana untuk mengajarkan keyakinan kepada anaknya. Anak dididik dengan bijak
bagaimana keyakinan terhadap Buddha Dhamma dapat dibuktikan dengan benar.
Jangan sampai membuat anak menjadi percaya secara membuta terhadap doktrin
Buddha Dhamma.
Orang tua dapat menampilkan
gambar-gambar bercorak Buddha Dhamma. Misalnya gambar Buddha, atau
simbol-simbol Buddha Dhamma kemudian menjelaskan secara sederhana makna gambar
atau simbol tersebut dengan kalimat yang mudah dimengerti oleh anak. Selain itu
orang tua juga bisa mengajak anak untuk membaca paritta bersama ataupun hanya sekadar mendengarkan lantunan paritta atau lagu-lagu Buddhis.
Anak-anak biasanya menyukai cerita. Ini
merupakan suatu kesempatan bagi orang tua untuk mengajarkan Buddha Dhamma
kepada anaknya melalui cerita-cerita. Bisa saja cerita diambil dari Kitab
Jātaka yang penuh dengan nilai-nilai Buddhis. Anak pasti akan menyukainya.
Sembari bercerita, orang tua dapat membentuk karakter anak sesuai dengan ajaran
Buddha Dhamma dengan memberikan refleksi kepada diri anak melalui cerita Jātaka
tersebut.
Moralitas
(Sīla)
Setiap orang tua tentu menginginkan
anak-anaknya menjadi orang yang berbudi pekerti luhur. Di sinilah peran orang
tua untuk mengajarkan prinsip dasar moralitas kepada anaknya. Orang tua harus
mengajarkan prinsip dasar kemoralan berupa pañcasīla
Buddhis kepada anak-anak sejak dini.
Melalui pañcasīla Buddhis, anak-anak dapat mengenal dan mempraktikkan cinta
kasih, kasih sayang, kejujuran, dan budi pekerti luhur. Anak diajarkan untuk
tidak menyakiti makhluk lain. Sebaliknya mereka dianjurkan untuk menolong
makhluk yang butuh bantuan. Tentu saja selain menjelaskan kepada anak-anak,
orang tua pun juga harus memberikan teladan dalam menjaga moralitas tersebut.
Kedermawanan
(Cāga)
Untuk mengikis rasa mementingkan diri
sendiri, anak-anak perlu diajarkan untuk bisa bersikap sosial dan saling
membantu. Hal ini akan banyak membantu anak dalam perkembangan kecerdasan
interpesonal dan intrapersonal pada dirinya. Salh satu cara mengajarkan sikap
sosial adalah dengan mengajajarkan anak untuk bersikap dermawan.
Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh
orang tua adalah dengan mengajak anak-anak untuk pergi berdana kepada para bhikkhu dalam acara piṇdapata maupun berdana ke wihara. Cara yang lain, misalnya ketika
perayaan ulang tahunnya, anak bisa diajak untuk berdana kepada orang-orang yang
membutuhkan atau kepada teman-temannya.
Kebijaksanaan
(Paññā)
Seorang anak hendaknya diajarkan untuk
dapat berpikir dan berperilaku secara bijaksana sejak kecil. Tentu hal ini
harus disesuaikan dengan usia anak. Karena masa kanak-kanak sangat identik
dengan perilaku anak yang banyak ingin tahu sehingga tidak jarang orang tua
menganggap sikap anak yang memiliki rasa ingin tahu berlebihan tersebut sebagai
sikap yang nakal. Orang tua hendaknya tidak langsung mengjustifikasi bahwa
sikap anak tersebut nakal. Orang tua hendaknya mengajak anak untuk dapat
mengontrol sikapnya secara bijaksana.
Ketika anak berbuat suatu kesalahan, hendaknya
orang tua tidak serta-merta memarahi anak dan menghukumnya dengan cara-cara
yang tidak mendidik. Orang tua harus menenangkan anak terlebih dahulu karena
biasanya setelah anak-anak melakukan kesalahan, mereka akan diliputi rasa
takut. Orang tua harus membuat anak merasa aman kemudian barulah memberi
nasihat dengan kata-kata yang lembut dan tidak menyakitkan hati anak. Ajarkan
bahwa sikap nakal anak tersebut bisa saja merugikan diri anak sendiri, orang
lain, maupun lingkungan sekitar. Dengan demikian, anak akan terbiasa untuk
berpikir ulang apakah aktivitas yang akan dilakukan olehnya membawa kerugian
bagi diri sendiri dan orang lain di sekitarnya. Ini adalah tahp awal melatih
anak berpikir dan bersikap bijaksana.
Buddha Dhamma memberikan banyak manfaat
sebagai pedoman kita dalam menjalani kehidupan. Sebagai siswa Buddha, kita
wajib melestarikan ajaran Buddha kepada generasi penerus agar mereka juga dapat
memperoleh manfaat dari ajaran kebenaran. Dengan demikian, sangatlah penting
bagi orang tua untuk mengenalkan Buddha Dhamma kepada anak-anaknya. Lebih dari
pada itu, orang tua juga harus memberikan contoh yang baik mengenai pelaksanaan
prinsi-prinsip Buddha Dhamma kepada anak-anaknya dalam aktivitas sehari-hari.
No comments:
Post a Comment