Thursday, 8 May 2014

BUDDHISME THERĀVĀDA

Agama Buddha Theravada

Therāvāda adalah  salah satu kelompok yang muncul seiring dengan perkembangan Buddhasāsana. Therāvāda berasal dari dua kata, yaitu therā yang berati sesepuh dan vāda yang berarti ajaran. Dengan demikian Therāvāda memiliki pengertian sebagai ajaran para sesepuh. Para cendekiawan Buddhis sepakat bahwa ajaran Therāvāda banyak berisi ajaran-ajaran awal dari Buddha.

Dalam beberapa abad, Buddhisme Theravāda telah berkembang pesat di daerah benua Asia, khususnya Asia Selatan. Beberapa negara yang menjadi tempat berkembangnya Buddhisme Therāvāda adalah Thailand, Myanmar, Kamboja, Laos, dan Sri Lanka. Sekarang Buddhisme Therāvāda juga mulai berkembang pesat di Eropa dan negara-negara Barat lainnya.


Banyak Buddhisme, Satu Dhamma-Vinaya
Buddha, Yang Tercerahkan, mengatakan bahwa ajaran yang dibabarkan oleh Beliau disebut sebagai Dhamma-Vinaya (ajaran dan peraturan disiplin). Untuk melestarikan Dhamma-Vinaya tersebut sehingga dapat bermanfaat bagi kebahagian semua makhluk, Buddha membentuk Saṅgha yang merupakan kumpulan dari para bhikkhu dan juga bhikkhūṇi. Mereka adalah orang-orang yang telah bertekad melepaskan hidup duniawi dan melatih diri untuk mencapai pembebasan mutlak (Nibbāna) sesuai dengan petunjuk Buddha. Selain itu, terdapat upassaka dan upassika yang merupakan pengikut awam Buddha. Mereka adalah orang-orang yang melaksanakan Dhamma-Vinaya namun belum meminggalkan kehidupan duniawi.

Ketika Dhamma-Vinaya berkembang setelah Buddha Mahāparinibbāna, Saṅgha berusaha melestarikan ajaran tersebut ke berbagai penjuru dunia. Dhamma-Vinaya mulai menyebar keluar dari India. Namun demikian, terdapat efek yang tidak dapat dihindari dari penyebaran Dhamma-Vinaya keberbagai penjuru dunia tersebut, yaitu perbedaan interpretasi dari Dhamma-Vinaya oleh masing-masing pendengar yang memiliki perbedaan kebiasaan, adat, tradisi, dan kondisi lingkungan. Hal ini kemudian memicu munculnya berbagai sekte dalam agama Buddha.

Theravādā adalah salah satu sekte yang berkembang di daerah Selatan India, oleh karena itu, Therāvāda juga biasa disebut sebagai Buddhisme Selatan. Sementara itu, terdapat sekte Mahāyāna yang merupakan kumpulan sekte yang berkembang di daerah Utara India kemudian menyebar ke Cina, Jepang dan daerah lainnya di Utara, yang kemudian biasa disebut sebagai Buddhisme Utara. Berbagai macam perbedaan mungkin ditemukan dalam sekte Therāvāda dan Mahāyāna, namun demikian, esensi Dhamma-Vinaya diyakini tetaplah sama.

Pāḷi: Bahasa yang digunakan Buddhisme Therāvāda
Bahasa yang digunakan oleh Buddhisme Therāvāda adalah bahasa Pāḷi. Bahasa Pāḷi adalah bahasa Indo-Aryan yang biasa digunakan ketika Buddha membabarkan ajaran-Nya. Setelah Buddha wafat, Bhikkhu Ananda (seorang bhikkhu pendamping Buddha dan mampu mengingat seluruh khotbah Buddha) mengulangi ajaran Buddha dengan ciri khas menambahkan kalimat “Evamme Sutaṁ,” yang berarti “Demikianlah yang telah saya dengar.”

Ajaran ini kemudian diturunkan kepada generasi penerus secara oral. Bahasa yang digunakan pun tetap sama, yaitu menggunakan bahasa Pāḷi. Namun sesuai dengan perkembangan zaman, dirasakan ada kebutuhan untuk membuat ajaran tersebut dalam bentuk tertulis yang sistematis. Dhamma-Vinaya ini kemudian ditulis dalam bahasa Pāḷi yang terbagi dalam tiga kelompok, yaitu Vinaya Piṭaka-berisi peraturan kedisiplinan yang digariskan oleh Buddha; Sutta Piṭaka-berisi kumpulan khotbah Buddha, dan Abhidhamma Piṭaka-berisi kumpulan analisis Dhamma yang mendalam. Ketiga bagian tersebut kemudian dikenal dengan nama Tipiṭaka.

Pāḷi adalah bahasa oral yang pada awalnya tidak memiliki huruf. Namun demikian bahasa Pāḷi tetap dituliskan dalam naskah Tipiṭaka dengan merujuk pada cara baca. Sementara itu, huruf yang digunakan bisa saja menggunakan huruf daerah masing-masing. Kini Tipiṭaka telah banyak diterjemahkan dalam berbagai macam bahasa, namun demikian, belajar bahasa Pāḷi akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang makna atau arti yang terkandung dalam naskah Tipiṭaka.

Memang kenyataannya, tidak ada seorangpun yang dapat membuktikan apakah Buddha membabarkan ajaran dengan menggunakan bahasa Pāḷi. Namun demikian, hal itu bukanlah hambatan bagi seseorang yang hendak mempelajari ajaran Buddha dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tipiṭaka bukanlah seperti kitab suci dari agama lain yang harus dipercaya sebagai dasar iman. Tipiṭaka adalah kumpulan ajaran Buddha yang mana harus dibuktikan, dipraktikkan, sehingga pelaksananya dapat membuktikan sendiri kebenaran ajaran Buddha.

Referensi:
Diterjemahkan dan disesuaikan dari http://www.accesstoinsight.org/theravada.html



No comments:

Post a Comment