Friday, 9 May 2014

PENGUSAHA YANG TERLENA


Oleh: U Sikkhananda Andi Kusnadi

Dahulu kala ada seorang pengusaha yang sering berkelana dalam melakukan bisnisnya. Suatu ketika dia harus melalui sebuah hutan lebat untuk menuju tempat mitra bisnisnya. Ketika di dalam hutan dia bertemu seekor harimau yang lapar. Dia pun harus berlari untuk menyelamatkan dirinya dari harimau tersebut. Tentu saja bila dia terus berlari dia akan tertangkap karena harimau bisa berlari lebih cepat. Dia sangat beruntung karena melihat sebuah sumur tua dan ia segera memutuskan untuk melompat ke sumur tersebut. Sumur tersebut ternyata memang cukup dalam, tapi dia beruntung karena dia tersangkut di akar pohon besar yang keluar dari dinding sumur tersebut. Harimau yang mengejarnya mengaum di tepi bagian atas dinding sumur tersebut. Pengusaha tersebut berpikir betapa sangat beruntungnya dia karena dia telah selamat dari terkaman harimau.


Setelah menenangkan dirinya dia melihat-lihat ke dasar sumur tersebut. Betapa terkejutnya dia ketika melihat ada 3 ekor ular kobra di dasar sumur yang telah kering tersebut. Dia berpikir, “Andai saja tak ada akar pohon ini pastilah aku akan di gigit ular kobra dan pasti meninggal.” Sekali lagi dia bersyukur bahwa dirinya sangatlah beruntung karena dia tersangkut di akar pohon. Di atas sumur harimau masih mengaum menunggunya. Dia juga melihat ada dua ekor tikus sedang berada di bagian pangkal akar pohon yang keluar dari dinding sumur dan mengerat akar tersebut. Tapi karena akar tersebut cukup besar dia masih tidak begitu khawatir akar tersebut bisa putus. Maka dia putuskan untuk meneruskan istirahatnya sambil mengharapkan ada seseorang yang datang ke sumur tersebut.

Tepat di atas lubang sumur, ada sarang lebah yang menggantung di ranting pohon besar yang akarnya keluar di dinding sumur tersebut. Karena ada angin yang cukup kencang, ada bagian dari sarang lebah tersebut yang pecah. Dari bagian yang pecah tersebut, madu menetes dan mengenai pengusaha yang sedang istirahat di akar pohon. Maka dia terjaga dari istirahatnya dan sekali lagi berucap syukur. Dalam keadaan seperti ini, saat perut lapar dan terkurung dalam sebuah sumur tua ada makanan datang kepadaku. Tentu saja dengan senang hati dia membuka mulutnya sehingga tetesan madu tersebut jatuh ke mulutnya. Nikmat sekali rasa madu tersebut. Maka dia pun kembali bersyukur karena menyadari bahwa dirinya adalah seorang yang sangat beruntung.

Tidak berapa lama, terdengar suara letusan senjata. Ternyata ada pemburu yang telah menembak harimau yang berada dekat sumur tersebut. Harimau tersebut pergi melarikan diri. Mengetahui ada suara senapan, maka si pengusaha berteriak meminta tolong. Karena ingin mengetahui jejak larinya harimau, si pemburu memutuskan pergi mendekati sumur. Setelah agak dekat dengan sumur, si pemburu pun mendengar teriakan si pengusaha. Melihat ada seseorang yang terjebak dalam sumur maka pemburu tersebut mengulurkan tali tambang untuk menyelamatkannya. “Naiklah, Aku akan mengejar harimau kembali,” teriak si pemburu.

Si pengusaha berteriak keras sekali mengungkapkan perasaan gembiranya karena akhirnya dia akan dapat selamat keluar dari dalam sumur tersebut. Karena masih lelah dan lapar, serta adanya tetesan madu yang nikmat, maka dia putuskan untuk meneruskan dahulu memakan tetesan madu di akar pohon tersebut. Sayang sekali keberuntungan tidak selamanya berpihak kepada si pengusaha tersebut. Sehingga saat dia sedang menikmati kenikmatan tetesan madunya, tiba-tiba akar pohon yang dikerat tikus tersebut akhirnya putus juga. Si pengusaha itu jatuh ke dalam sumur tanpa sempat meraih tali tambang yang telah diulurkan oleh si pemburu. Akhirnya dia meninggal di dasar sumur karena digigit ular kobra.

Makna dari cerita ini, dikejar harimau berarti kita selalu dikejar umur tua karena setiap kali matahari terbenam, maka usia kita berkurang satu hari. Akan tetapi kita selalu berlari dari kenyataan ini (bersembunyi masuk ke sumur). Contohnya, mencari kesenangan-kesenangan indera seperti menonton, menari, menyanyi, dan yang lainnya. Rambut memutih, kulit menjadi keriput, gigi tanggal, berbagai penyakit menyerang, sehingga penderitaan semakin terasa bagai tikus yang terus menggigiti akar pohon tempat pengusaha tersebut bergantung. Kita tidak ingat bahwa pemburu (Sang Buddha dan para muridnya yang mulia, ariya) telah mengulurkan tali tambang (meditasi vipassanā) untuk membantu kita keluar dari sumur dengan selamat.

Akhirnya si pengusaha jatuh ke dasar sumur dan meninggal digigit oleh ular kobra (anicca, dukkha, anatta). Tak ada satu orang pun yang mengatakan, “Saya sudah cukup hidupnya/umurnya, saya ingin meninggal sekarang.” Semua ingin terus hidup, satu hari lagi, satu bulan lagi, satu tahun lagi, dan seterusnya. Hal ini dikarenakan mereka ingin terus menikmati kesenangan indera (tetesan madu). Kita tidak pernah ingat dengan harimau, tikus, kobra, dan pemburu yang telah mengulurkan tali tambang. Bila masih ingin menikmati madu tersebut jangan lupa harus meraih tambang talinya terlebih dahulu. Bila telah memegang tali, setidaknya kita tidak akan jatuh ke dasar sumur. Tapi kita tak cukup hanya memegang tali tambang saja, kita harus keluar dari sumur agar terbebas dari penderitaan lingkaran kehidupan ini (umur tua, sakit, dan kematian) dengan tidak terlahir kembali. Berlatihlah dengan penuh semangat hingga mencapai nibbanā dan jangan sampai meniru pengalaman pengusaha tersebut

Kesimpulannya adalah selagi kita hidup dan mempunyai kesempatan untuk menyelamatkan diri dari penderitaan kehidupan ini, gunakanlah kesempatan tersebut sebaik-baiknya. Kebanyakan dari kita selalu berpikir kita tak sempat (tak ada waktu) untuk melakukan hal yang berguna untuk pembebasan diri dari penderitaan/ ketidakpuasan (dukkha). Selalu saja berkata, besok saja, minggu depan saja, bulan depan saja, tahun depan saja, nanti saja bila anak saya telah nikah, dll. Kita tak tahu kapan ajal menjemput. Setiap matahari terbenam, kita tak sadar bahwa umur kita telah berkurang satu hari. Tentu kita tak mau mempunyai nasib seperti pengusaha dari cerita ini.

Cobalah untuk mempraktikkan meditasi vipassanā, JANGAN TUNDA-TUNDA KESEMPATAN, KARENA KITA TAK TAHU KAPAN AJAL MENJEMPUT.

Referensi:
Cerita ini diambil dari ceramah Sayadaw Nanda Siddhi dan ditulis kembali oleh U Sikkhananda Andi Kusnandi

No comments:

Post a Comment