Friday 21 March 2014

PERATURAN BHIKKHU TENTANG NISSAYA

Pada periode awal Saṅgha terbentuk, jumlah bhikkhu tidak begitu banyak. Hal tersebut menyebabkan sangat mudah untuk dapat mengontrol perilaku para bhikkhu. Namun, seiring dengan bertambahnya jumlah bhikkhu, maka mulai muncul berbagai macam kesulitan untuk mengawasi perilaku dari bhikkhu yang masih baru ditahbiskan. Oleh karena itu, Buddha memperkenankan peraturan nissaya bagi para bhikkhu.

PERATURAN BHIKKHU TENTANG NISSAYA
Para bhikkhu sedang memohon nissaya
Pengertian Nissaya
Terdapat tiga tingkatan bhikkhu jika dikelompokkan menurut masa waktu lamanya seseorang ditahbiskan menjadi bhikkhu atau menjalani hidup sebagai pabbajjita. Tingkat pertama adalah seorang bhikkhu yang baru ditahbis sampai dengan menjalani kurang dari lima vassa, ia disebut sebagai navaka bhikkhu atau bhikkhu yang masih baru atau masih muda. Kelompok kedua adalah majjhīma bhikkhu, yaitu bhikkhu yang menjalani lima vassa sampai kurang dari sepuluh vassa. Kelompok yang terakhir adalah thera yang berarti yang patut dicontoh atau sesepuh. Bhikkhu yang berada pada kelompok thera ini adalah bhikkhu yang minimal telah menjalani sepuluh vassa.

Di antara ketiga kelompok tersebut, navaka bhikkhu adalah para bhikkhu yang harus mendapat bimbingan oleh kelompok bhikkhu thera. Setiap navaka bhikkhu wajib meminta bimbingan untuk tinggal bersama upajjhāya, yaitu bhikkhu thera yang menahbiskan atau yang membimbing. Metode ini disebut metode ketergantungan dari para bhikkhu muda kepada bhikkhu pembimbing, yang disebut sebagai nissaya.

Untuk selanjutnya, bhikkhu muda yang memohon bimbingan disebut sebagai saddhīvihārika. Saddhīvihārika juga berarti sebagai siswa yang tinggal bersama dengan pembimbing. Sedangkan bhikkhu pembimbing disebut sebagai upajjhāya yang berarti instruktur. Ketergantungan ini diberlakukan kepada bhikkhu muda karena dianggap cenderung tidak dapat mengerti Dhamma Vinaya secara menyeluruh dalam waktu yang singkat.

Syarat Menjadi Instruktur
Secara umum, bhikkhu yang telah menjalani sepuluh vassa dikelompokkan sebagai thera. Seorang thera dianggap telah mampu membimbing para bhikkhu baru. Namun terrdapat dua kualifikasi yang merangkum syarat-syarat menjadi seorang mentor atau upajjhāya. Kualifikasi yang pertama disebut kualifikasi ideal dan yang kedua adalah kualifikasi minimal.

Mentor dengan kualifikasi ideal adalah mentor yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
  • Arahat.
  • Memiliki konsentrasi, pengetahuan pelepasan, mencapai pelepasan.
  • Mampu membimbing orang lain untuk mencapai tingkatan yang sama dengan dirinya.
  • Memiliki saddhā, hiri, ottapa, tekun, penuh perhatian.
  • Bebas dari pelanggaran berat dan ringan, serta memiliki pandangan benar.
  • Mampu menghilangkan ketidak-puasan siswanya dalam kehidupan sebagai pabbajita. 
Sedangkan mentor dengan kualifikasi minimal adalah mentor yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
  • Terpelajar dan cerdas.
  • Cukup kompeten menghilangkan kecemasan para siswa.
  • Cukup kompeten dalam mengetahui mana yang mengakibatkan pelanggaran dan mana yang bukan pelanggraran.
  • Memiliki pengetahuan yang rinci mengenai patimokkha.
  • Mampu mencegah siswanya berpandangan salah
  • Minimal telah menjalani sepuluh vassa.

Dalam hal ini jika seorang bhikkhu tidak memenuhi kualifikasi minimal kemudian bertindak sebagai mentor bagi bhikkhu lain, maka ia melakukan pelanggaran dukkata. Kemudian lebih lanjut dijelaskan bahwa seorang bhikkhu yang tidak memenuhi kualifikasi ideal, namun memenuhi kualifikasi minimal, maka ia dikatakan bukan mentor yang ideal, meskipun hal ini masih diperkenankan dan bukan apatti.

Prosedur Permohonan Nissaya
Bhikkhu muda yang hendak memohon nissaya harus melakukan hal-hal berikut ini:
  1. Seorang bhikkhu mengatur jubahnya sedemikian rupa hingga bahu kanan terbuka dan bahu kiri tertutup.
  2. Ia menemui calon Upajjhāya, memberi hormat, dan beranjali.
  3. Ia mengucapkan syair permohonan, “Upajjhāyo me Bhante hohi,” yang berarti “Mohon Bhante berkenan menjadi Upajjhāya saya.”
  4. Jika kepada Achāriya, maka ia harus mengucapkan, “Achāriyo me Bhante hohi, ayasmato nissaya vacchami, yang berarti, "Bhante, jadilah guru saya. Saya akan hidup bergantung pada Anda."
Setelah semua hal itu dilakukan, maka upajjhāya dan achāriya kemudian bisa menjawabnya, “Sāhu (sangat baik), lāhu (tentu), opanayikaṃ (baiklah), patirupaṃ (itu benar), pasadikena sampadehi (saya akan mengajarmu).” Sejak saat itulah maka siswa mulai bergantung pada instrukturnya.

Hubungan Saddhīvihārika dengan Upajjhāya
Buddha menggariskan peraturan bahwa saddhīvihārika dan upajjhāya haruslah hidup saling membantu. Seorang upajjhāya hendaknya memperlakukan saddhīvihārika seperti anaknya sendiri. Demikian pula seorang saddhīvihārika hendaknya menganggap upajjhāya sebagaimana ayahnya sendiri. Apabila keduanya hidup dengan baik dan saling membantu, hal itu akan membawa pada kemajuan Dhamma Vinaya.

Adapun tugas dari seorang saddhīvihārika (siswa) kepada pembimbingnya adalah:
  1. Menyediakan kebutuhan pribadinya.
  2. Membantu mentor dalam setiap masalah yang mungkin berkaitan dengan Dhamma dan Vinaya.
  1. Mencuci, mencelup, dan mewarna jubah mentornya
  2. Memperlihatkan loyalitas dan rasa hormat kepadanya.
  3. Merawat mentornya ketika sakit, tidak meninggalkannya sampai beliau sembuh atau meninggal.
Sedangkan tugas upajjhāya (instruktur) kepada siswanya adalah:
  1. Memberikan pendidikan Dhamma dan Vinaya padanya.
  2. Menyediakan barang-barang kebutuhan.
  3. Melayani siswanya ketika sedang siswanya sakit.
  4. Membantu menyelesaikan masalah siswanya dengan hal yang berkaitan dengan Dhamma dan Vinaya.
  5. Mengajarkan kepada siswanya cara mencuci, membuat, dan mewarnai jubah.
  6. Merawat siswanya yang sakit hingga sembuh atau sampai ia meninggal.
Penghentian Nissaya
Buddha memberikan wewenang kepada upajjhāya untuk menghentikan nissaya kepada saddhīvihārika. Penghentian nissaya biasanya diberlakukan kepada bhikkhu muda yang memiliki perilaku yang tidak baik dan keras kepala. Oleh karena itu, perlu dipahami bahwa penghentian nissaya ini dilakukan oleh bhikkhu instruktur kepada siswanya.

Adapun sebab-sebab yang membuat seorang upajjhāya menghentikan nissaya kepada saddhīvihārika adalah:
  • Saddhīvihārika tidak memiliki kasih sayang kepada instrukturnya.
  • Saddhīvihārika tidak memiliki keyakinan kepada instrukturnya.
  • Saddhīvihārika tidak memiliki rasa malu terhadap gurunya.
  • Saddhīvihārika tidak menghormati gurunya.
  • Saddhīvihārika tidak berkembang dibawah asuhan gurunya.

Gugurnya Nissaya
Selain nissaya dapat dihentikan, nissaya juga dapat gugur. Perbedaannya adalah penyebab penghentian nissaya berasal dari perilaku siswa yang tidak baik. Sedangkan gugurnya nissaya lebih cenderung disebabkan oleh perilaku instruktur. Adapun hal-hal yang menyebabkan gugurnya nissaya adalah:
  • Upajjhāya atau achāriya meninggalkannya untuk bermalam di tempat terpisah tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  • Upajjhāya atau achāriya lepas jubah.
  • Upajjhāya atau achāriya meninggal.
  • Upajjhāya atau achāriya pergi dan menganut keyakinan lain.
  •  Upajjhāya atau achāriya memberi perintah kepada siswanya untuk pergi.

Dalam hal ini, bhikkhu muda tersebut hendaknya segera memohon ketergantungan kepada bhikkhu instruktur yang lain. Dengan demikian, bhikkhu muda itu masih dapat memperoleh bimbingan Dhamma Vinaya dari bhikkhu yang lainnya.

Pembebasan Sementara Nissaya
Dalam kondisi tertentu, bhikkhu baru dapat bebas dari nissaya untuk sementara waktu. Hal-hal yang memungkinkan sebagai kondisi untuk bebas sementara dari nissaya misalnya ketika seorang bhikkhu sedang melakukan perjalanan jauh sehingga harus terpisah dengan uppajjhāya. Contoh yang lain misalnya ketika seorang bhikkhu sedang sakit sehingga tidak bisa memohon nissaya. Bisa juga karena sedang merawat orang sakit yang menyebabkan bhikkhu muda tersebut tidak dapat pergi ke tempat bhikkhu senior untuk mengambil nissaya. Terakhir, jika seorang bhikkhu tinggal sendiri di hutan, bermeditasi, dan merasa nyaman dengan kesendiriannya.

Referensi
Vajirañāṇavarorasa, Somdet Phra Mahā Samaṇa Chao Krom Phrayā. 1973. The Entrance to The Vinaya, Vinayamukha Volume Two. Bangkok: Mahāmakut Rājavidyālaya Press.



No comments:

Post a Comment